Ketika sedang marah manusia cenderung tidak memikirkan apa masalah yang akan timbul dari tindakan yang dilakukannya. Inilah kondisi yang paling disenangi setan laknatullah. Pasalnya saat mengalami perasaan marah manusia dihasut-hasut untuk melakukan tindakan brutal demi memuaskan amarahnya.
1. Membaca Ta’awwudz
Saat mendengar atau melihat kondisi yang memancing amarah, jangan langsung terburu-buru mengambil tindakan untuk menghampiri target sasaran. Ada baiknya diam sejenak lalu lalu membaca Ta’awwudz A’udzu billah minasy syaithaanir rajim.
Rasul mengatakan, marah itu asalnya dari setan, jika kita mengalami kondisi seperti itu maka mintalah perlindungan Allah dari godaan setan yang terkutuk.
Nabi Muhammad SAW bersabda “Sungguh marah itu termasuk perbuatan setan…” (HR Abu Dawud)
“Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A’udzu billah minasy syaithaanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).” (HR. Bukhari Muslim).
2. Berwudhu
Cara yang juga diajarkan Rasulullah SAW adalah berwudhu. Menurut Rasul kamarahan berasa dari setan yang tercipta dari api, sehingga hendaknya dia dipadamkan dengan air.
“Sungguh marah itu termasuk perbuatan setan dan settan itu diciptakan dari aapi. Api hanya dapat dipadamkan dengan air. Oleh karena itu, apabila seseorang diantara kalian marah, hendaklah Ia berwudhu” (HR Abu Dawud)
Orang yang berwudhu akan menjaga wudhunya dan berusaha agar tidak melakukan tindakan yang merusak wudhu termasuk marah. Air yang membasuh kulit juga mampu menimbulkan perasaan tenang sehingga emosi kembali stabil.
3. Mengubah Posisi
Dalam sebuah hadits dikatakan, “Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah.” (HR. Abu Dawud).
4. Diam
Dalam sebuah hadits dikatakan, “Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah.” (HR. Ahmad).
5. Bersujud
Artinya shalat sunnah mininal dua rakaat. Dalam sebuah hadits dikatakan “Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).” (HR. Tirmidzi).*
Manusia menjadi tidak peduli jika nantinya bisa masuk penjara karena kemarahannya. Mereka juga tidak peduli, jika melihat orang lain terluka karenanya. Yang dipedulikan hanyalah kepuasan karena mampu meluapkan emosi. Sesaat orang yang marah-marah memang merasa puas mampu berlaku demikian, namun setelah itu, tidak ada yang didapatkan kecuali perasaan kecewa dari orang-orang di sekelilingnya.
Banyak hal negatif yang muncul ketika kita dengan gagah berani meluapkan emosi kemarahan. Itulah mengapa Rasulullah SAW tidak menyukai umatya yang suka marah-marah dan tidak dapat mengedalikan emosinya.
Abu Hurairah ra mengabarkan, seorang pria bernama Jariyah Ibnu Qadamah menemui Nabi Muhammad SAW lalu berkata “Ajarkan sesuatu kepadaku, tetapi jangan terlalu banyak agar aku dapat mengingatnya”
Nabi SAW bersabda “Janganlah engkau marah”. Laki-laki itu mengulang perkataannya hingga tiga kali dan Nabi Muhammad SAW juga memberikan jawaban yang sama.
Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Yang berna,a pendekar bukanlah orang yang banyak menjatuhkan lawan. Pendekar sejati ialah orang yang sanggup menguasai dirinya ketika sedang marah” (HR. Muslim)
Sumber : https://umma.id/post/lima-cara-rasulullah-saw-padamkan-amarah-472674?lang=id