Pinsil warna dengan sisi segitiga |
Pena Pelikan dan pinsil warna Staedler dengan sisi segitiga |
Cara memegang pinsil warna atau alat tulis lain |
Renang adalah pelajaran wajib di SD. Sedangkan di sekolah lanjutan seperti Gymnasium renang hanya pelajaran pilihan. Anak pertama saya mengikuti kelas ranang dari kelas 4 hingga kelas 6. Lokasi kolam renang agak juah dari sekolah yaitu di Badeparadise. Anak-anak ke kolam renang disediakan bus khusus (Fahrdienst) atau bus kota yang dialih fungsikan untuk mengantar anak-anak berenang. Baik biaya masuk kolam renang atau biaya bus semua gratis. Kolam renang Badeparadise sangat bagus. Orang umum dikenakan biaya sepadan dengan fasilitas yang disediakan. Kolam renang yang nyaman karena dilengkapi air hangat. Yang menarik dari cara guru mengajar renang. Guru tidak ikut terjun ke kolam tapi cukup berteriak-teriak di pinggir kolam memberikan instruksi.
Shafa dan teman-teman di depan kolam renang Badeparadise |
4. Sekolah Lanjutan
Ada tiga jenis sekolah lanjutan setelah lulus SD.
a. Hauptschule dikhususnya untuk anak-anak bermasalah, anak berkebutuhan khusus atau agak kurang menerima pelajaran.
b. Realschule semacam sekolah kejuruan. Setelah lulus Realschule anak melanjutan ke berufbildung yang diinginkan dan bekerja. Berufbildung adalah sekolah khusus suatu pekerjaan. Anak di Realschule tidak dipersiapkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
c. Gymnasium, sekolah bagi anak-anak yang nantinya akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Anak bersekolah hingga kelas 12 kemudian melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Biaya pendidikan di Sekolah lanjutan ini juga gratis. Tidak hanya itu, biaya bus juga gratis. Padahal biaya naik bus tergolong mahal. Biasanya kemana-mana naik sepeda. Sehat dan gratis. Ada jalan khusus buat pesepeda dan pengendara mobil sangat ramah. Mobil selalu mendahulukan orang pejalan kaki atau pesepeda.
Seperti halnya di SD, saat masuk sekolah buku dan alat tulis sudah ditentukan macam dan merknya. Buku dan alat tulis ini diharus dibeli sendiri. Untuk buku paket disediakan dari sekolah.
Mengamati anak yang duduk di kelas 5 dan 6 Gymnasium. Setiap materi pelajaran disediakan modul. Modul ini dikopi dan dibagikan ke siswa. Anak tidak dipungut biaya kopi modul. Ada tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa dari modul tersebut. Modul kemudian dibendel per mata pelajaran. Sistem belajar sudah seperti masa saya kuliah. Seperti pelajaran IPA, anak melakukan percobaan di lab kemudian membuat laporan di kertas khusus. Saat membantu anak belajar, cukup membaca kembali satu bundel modul. Modul tersebut diperiksan dan dinilai guru. Penilaian meliputi: kerapian, tugas yang dikerjakan, pemahaman anak terhadap materi pelajaran.
Mata pelajaran anak di kelas 6 Gymnasium, antara lain: IPA, mate-matika, geografi, sejarah, agama, kesenian, bahasa Jerman, bahasa Perancis, bahasa Inggris. Anak mengikuti 3 macam pelajaran bahasa Jerman. 2 memang pelajaran di kelas dan 1 mata pelajaran semacam ekskul setelah sekolah usai. Wali kelas yang menyarankan anak mengambil mata pelajaran bahasa Jerman tambahan agar lebih lancar dan menguasai.
Sekolah dimulai jam 7.45 hingga jam 1 siang. Ada dua kali istirahat. Usai sekolah biasanya anak-anak tidak pulang karena ikut kegiatan ekstra kulikuler. Istirahan makan siang 30 menit, kemudian ekstrakulikuler hingga jam 3 sore. Kegiatan ekskul yang pernah diikuti anak antara lain: berenang, panjat tebing, teater, bahasa jerman. Semester ini dia hanya ikut ekskul berenang, teater dan bahasa jerman. Jika tidak ada ekskul terkadang dia ikut kelas bantuan mengerjakan PR atau pulang mengerjakan PR di rumah. Kelas bantuan tersebut diasuh oleh kakak-kakak kelasnya.
Fasilitas panjat tebing indoor Uni Goettingen yang juga tempat latihan ekskul anak Ottohan Gymnasium |
Sekolah di TK dan SD sangat menyenangkan dan mudah. Anak kelas 1 SD hanya belajar menulis huruf A, B, C dst. Anak belum bisa membaca tidak masalah. Mulai menginjak Gymnasium atau kelas 5 mulai pendidikan yang sesungguhnya. Anak di ajarkan untuk kritis, meneliti, kreatif, mengerjakan PR dan tugas-tugas lain, dll. Jika anak dinilai tidak bisa mengikuti pelajaran di Gymnasium tetap naik kelas hanya saja sekolahnya dipindahkan ke Realschule yang tingkat kesulitan pendidikan lebih mudah. Anak-anak yang tadinya di Realschule pun dapat berpindah ke Gymnasium jika mampu menunjukkan prestasi dengan baik.
Saya tahu akan hal ini dari Sven, guru bantu Shafa di kelas bahasa Jerman saat masih di SD Brudergrim. Saya kira tidak terlalu ketat sistem ini. Ehhh ternyata betulan. Ada 2 orang teman sekelas anak yang dipindahkan ke Realschule karena dinilai tidak bisa mengikuti pelajaran di Gymnasium. Dua orang teman Shafa tersebut tetap naik ke kelas 6, hanya saja tidak di Otto Hahn Gymnasium (OHG) lagi. Wah… bersyukur anak masih bisa eksis di OHG. Dia termasuk anak yang biasa-biasa saja. Saya hanya berpesan ke dia, “tidak perlu hebat atau sangat pintar di kelas, cukup bisa sekolah di OHG saja sudah sangat bersyukur”. Semoga dengan tidak diberi target berat justru menjadikan dia semangat belajar.
Yang menarik dari pelajaran agama. Pelajaran agama di kelas 4 dan 5 anak, tidak hanya mempelajari agama Kristen, tapi juga agama Islam dan Yahudi. Dasar-dasar ajaran ketiga agama tersebut diajarkan di kelas. Anak-anak juga diajak mengunjungi tempat ibadah, katedral atau gereja Katolik, gereja Evangelis atau gereja protestan, masjid dan sinagong atau tempat beribadah orang Yahudi. Pernah bertanya ke anak, agama teman-teman di kelasnya itu apa saja. Jawaban anak, Islam, Katolik, Evangelis dan Atheis. Cukup mengejutkan, ternyata temanya ada yang tidak mempunyai agama atau atheis. Kalau di kita, orang atheis sudah berkonotasi sangat negatif, komunis lah atau apalah. Barangkali teman anak ini, tidak beragama, percaya akan adanya Tuhan hanya saja belum memilih agama yang dipeluk. Hal ini biasa saja, sah-sah saja. Karena alasan tersebut, disekolah diajarkan pelajaran agama monoteisme (Islam, Kristen, Yahudi). Tujuannya agar setelah anak berusia 18 tahun sudah bisa memilih agama yang sesuai dengan hatinya.
Yang menarik dari sistem gratisnya biaya pendidikan di Jerman. Ternyata untuk membiayai pendidikan, bus sekolah, santunan per bulan bagi orang tidak mampu, santunan perbulan untuk anak (kinder geld) diperoleh dari pajak. Pajak penghasilan di Jerman sangat tinggi. Boleh dibilang dari 100 % gaji, 50%nya untuk pajak. Mohon maaf tidak berdasarkan fakta hitam diatas putih tapi hasil percapakan dengan teman-teman Indonesia yang menikah dengan orang Jerman. Uang pajak tersebutlah salah satu keran membiayai pendidikan, bus sekolah dll.
Dan terjawab sudah pertanyaan di hati, “Kenapa orang Jerman tidak mau memberi uang kepada pengemis di kota?” Jawabannya karena mereka sudah memberikan uang santunan orang miskin melalui pemerintah. “Kalau ada orang miskin di jalan harusnya mereka minta uang ke pemerintah, bukan ke saya,” jawab mereka. “Ohhh…..”, manggut-manggut saat mendengar penjelasan seorang bapak yang sempat mengobrol dengannya di centrum. Oh iya, orang miskin perbulan mendapatkan santunan 500 euro dari pemerintah. Kinder geld atau uang bantuan untuk anak-anak Jerman atau keturunan atau warga negara lain yang orang tuanya bekerja di Jerman dan membayar pajak ke pemerintah Jerman. Kinder geld ini sebesar 200 euro. Kalau seperti anak-anak kami tidak dapat kinder geld. Alasannya kami bukan orang Jerman dan tidak bekerja di sini. Ada teman orang Indonesia, anak-anak teman ini mendapatkan kinder geld. Karena teman ini menetap dan bekerja di Jerman.
Kalau dibandingkan, di Indo gaji orang tua habis banyak untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Apalagi yang bersekolah di sekolah yang ada embel-embel “terpadu”. Di Jerman, gaji habis banyak untuk membayar pajak tapi tidak mengeluarkan uang lagi untuk sekolah anak. Impas alias sama saja. Maksudnya uangnya sama-sama terkuras heheheh…
5. Universitas.
Tidak banyak pengalaman tentang universitas di Jerman. Apa dan bagaimana seluk beluknya belum tahu. Yang pasti biaya pendidikan dari Diplome atau Doktoran gratis. Kualitas bagus, Laboratorium bagus, gratis lagi. Suami mengambil S2 dan S3 di Uni Goettingen dengan pengantar bahasa Inggris.
Boleh dikata, Jerman surganya bagi pencari Ilmu. Suami dan anak mendapatkan pendidikan bagus tanpa modal. Uang beasiswa dari tanah air tidak digunakan untuk membayar biaya pendidikan tapi untuk menyokong makan kami sehari-hari. Dan uang beasiswa tersebut tidak akan cukup jika digunakan untuk bersekolah plus mengundang keluarga di Perancis atau di USA. Akhamdulillah atas segala kemudahan.